Cinta itu didasarkan atas komitmen untuk menjalin suatu hubungan berdua, kepercayaan dan juga saling menarik atas cinta tersebut. Mungkin ini bagiku adalah suatu “keluhan” yang menjadi beban sandungan tiap kali aku terbangun dari tidurku. Kita sudah bersama sekian lama, meski aku tak menghitung berapa. Namun aku kesulitan untuk mengenalkanmu dengan duniaku.

Ya duniaku memang kejam, dunia dimana tidak ada orang baik dan orang jahat didalamnya. Dunia yang selama ini membuatku merasa tidak ada perbedaan di dalamnya. Aku sudah lama mengajakmu namun kamu menolaknya entah kenapa.

Hal ini diperparah saat kamu mengenal orang lain yang masuk dalam hidupmu, orang lain itu mampu membuatmu nyaman hingga kamu berkirim pesan sampai larut malam. Kau sudah cerita dengan sangat antusias tentang orang lain yang masuk dalam kehidupanmu kepadaku. Dan aku percayakan semuanya padamu, aku tak mau mengganggumu masuk ke dunianya, hingga suatu hari seseorang terdekatmu yang memperingatkanku bahwa kamu sudah terlalu dalam bermain di dunia orang yang baru kamu kenal tadi.

man sitting in the top of the mountain
Photo by Anthony Tori on Unsplash

Sejenak aku berdiam diri dan berfikir menjadi gila karena di pikiranku saat itu adalah apakah ini kesempatanku untuk mengajarkanmu bahwa yang baru belum tentu mampu mengerti keadaanmu? Ups, jangan. Ini semua bukan permainan, bertahan adalah spesialisku. Aku pernah bertahan di kondisi yang sangat tidak mungkin, aku tak bisa membiarkanmu jatuh ke dunia orang yang baru kamu kenal.

Disela aku menarikmu agar tidak jatuh, dan seperti yang kuduga kamu berterima kasih namun kamu juga menyalahkanku ketika aku ada sesuatu hal yang tak sesuai dengan apa yang kamu pikirkan. Dan mungkin kamu berfikir bahwa kamu memilih duniaku bukan dunianya jadi hargailah aku.

Mengapa susah untukmu untuk berubah? Berapa ratus kali aku mengajarkan padamu bahwa semakin kesini kamu semakin tak terkendali? Apakah harus yang merubahmu adalah orang lain, yang itu bukan aku?