Mungkin sudah menjadi kebiasaan dalam hidup dimana saya sering banget memberikan sesuatu kepada orang lain entah itu uang, atau barang. Dan sampai sekarang ini berlanjut dan kadang pun mereka yang saya beri menjadikan pemberian dari saya adalah kewajiban bukan hadiah lagi. Bahkan yang lebih buruk ada beberapa dari orang yang saya beri akan menghujat saya habis-habisan ketika saya berbuat suatu kesalahan. Ini bagi saya wajar mungkin karena saya terlalu baik dengan mereka ketika saya tidak menjadi seperti yang mereka inginkan, pandangan mereka kepada saya menjadi buruk

person s holds brown gift box
Photo by Kim Stiver on Pexels.com

Terkadang saya terjun kedalam pikiran dimana saya harus bisa memberikan sesuatu kepada orang terdekat saya meski itu hanya teman biasa agar saya merasa berguna. Namun yang menjadi masalah adalah apakah saya terlalu berkeinginan untuk buat orang bahagia? Sementara saya gak? Saya tidak berharap sih orang memberikan saya karena saya lebih sering dihina atau dihujat daripada saya diberikan sesuatu yang wah menurut saya. Saya teringat ada teman kantor saya yang memberikan saya baju bekas dia karena badannya udah gede karena dia Gym, dan baju itu baru dia beli sekitar 2 bulan yang lalu, dan saya selalu ketika ketemu saya bilang “terima kasih”. Pada awalnya dia risih dan memarahi saya tapi suatu hari dia bertanya “kapan terakhir kali kamu di beri sesuatu oleh orang lain selain saya” ya dengan singkat saya jawab “saya lupa”, karena saya jarang banget di beri, justru saya yang lebih sering memberi.

Bahkan ketika beberapa teman saya membanggakan entah pasangan atau orang tuanya yang memberikan sesuatu kayak Nintendo, Handphone atau Laptop atau barang kecil saya jadi berfikir apakah ketika saya memberikan barang ke orang lain, apa saya juga di banggain gitu ya atau gak? Yah saya harap gak sih, karena barang yang saya beri juga receh mungkin bagi mereka, atau mungkin mereka malu dengan pemberian saya hehehe. Saya gatau. Tapi yang pasti memang dalam hidup saya ya saya jarang menerima sebuah barang, kalaupun saya menerima pasti saya menanggapi itu berlebihan.

Saya kurang tau mengapa hal ini terjadi, dahulu teman saya bilang kalau saya kemungkinan anak pertama dalam keluarga saya, masalahnya saya adalah anak terakhir bukan anak pertama. Tapi ada satu pendapat yang bagi saya cukup bisa saya terima, yaitu karena tuntutan. Tuntutan untuk membuat orang lain senang tanpa diberitau cara bagaimana untuk bisa tidak mendengarkan orang lain berkata apa ketika mereka tidak senang dengan kita. Namun kali ini saya belajar bahwa gak semua orang kan harus saya bahagiain? Benar kan?