“Mati lagi bangs*t”, mungkin itulah kata-kata yang sering terucap untuk blog ini yang memang saya akuin baru kali ini saya memakai shared hosting berbayar untuk jangka lebih dari 1 bulan. Dulu memang saya sering beli shared hosting entah itu wordpress hosting atau ASP.NET hosting, tapi itupun buat coba-coba aja. Selebihnya saya selalu membeli VPS meski harganya lebih mahal. Bahkan sekarang jauh lebih baik daripada dahulu yang harus setup Apache, Mysql, dll yang intinya jauh lebih ribet, sekarang tinggal install docker udah websitenya bisa running dengan lancar tanpa ngerusuhi systemnya.
Nah kenapa saya memutuskan sekarang mencoba shared hosting untuk blog saya yang ini? Jawabannya karena harga dan rasa penasaran saya dengan jaminan uptime dari provider hosting yang saya pakai. Bayangin hanya dengan 250rb pertahun saya bisa mendapatkan wordpress hosting yang sangat layak dari segi spesifikasinya. Bahkan ada yang menawarkan dengan harga dibawah itu. Awalnya saya mencoba 1 bulan sembari melihat CS dari provider hosting yang saya pakai. Dan rate saya 7/10 karena saya rasa responnya sudah cukup cepat mengingat harganya udah murah, dan setelah itu saya putuskan untuk memakai shared hosting selama 1 tahun.

Daaaannn seperti yang kebanyakan orang bilang “Ada harga pasti ada rupa” dan layaknya orang yang menyewa kamar kos pasti berbeda dengan orang yang menyewa 1 rumah petak. Shared hosting itu layaknya anda sewa kamar kos dengan segala hal yang “dibagi” kyk kamar mandi, dapur, listrik dan biaya sampah pasti ada aja yang memakai nya sangat “overuse”. Dulu ketika saya kuliah dan sewa kamar kos masalah yang sering terjadi adalah lama waktu ketika mandi. Gak semua orang mandinya itu cepat ya, meski itu cowok. Entahlah saya tidak tau apa yang dia lakukan di dalam kamar mandi, tapi ini yang sering bikin saya telat berangkat ke kampus. Atau kalau gak gitu minyak goreng yang saya beli pakai uang saya sendiri eh tiba-tiba habis tidak bersisa entah siapa yang memakai, pokoknya ada aja masalahnya. Berbeda dengan ketika menyewa 1 rumah petak dimana yang mengelola adalah kita sendiri, mulai dari listrik, air, sampah dll. Kita hanya membayar sewa rumahnya saja ke pemilik.
Hal ini sama ketika menyewa VPS, storage, bandwidth, CPU, RAM ya dipakai sendirian meski semua itu masih virtual dan shared tapi tidak separah shared hosting. Intinya shared hosting ini adalah tier paling rendah bagi saya.
Untuk kedepannya bagaimana?
Ada beberapa opsi sih, saya kembali pakai VPS atau saya migrasi blog ini ke Hugo yang lebih ringan, cuman lebih ribet ketika mau nulis, ditambah Rp. 250.000 terlalu overkill bagi Hugo. Hehehe