Setiap hari puluhan juta atau mungkin lebih foto diunggah di sosial media saya tak tau pastinya berapa karena saking banyaknya. Namun banyak diantara kita yang gak mengerti foto tersebut kemana larinya karena sebuah server pasti tersebar dibeberapa tempat dong. Tapi gak hanya foto sih, semua hal baik itu video, dokumen, nama, hasil scan dan semua hal ada dan di unggah ke Internet setiap detiknya.

Kita dengan mudah dapat menemukan profil seseorang di internet hanya melalui nama atau wajahnya. Saya dulu pernah mengikuti sebuah seminar tentang data digital dan disitu ada sebuah demo video dimana seseorang bisa dengan mudah menemukan dan berkenalan dengan seorang kasir minimarket hanya dari rekaman video. FYI beliau merekam dengan menggunakan kacamata dan kemudian mencari biodata kasir tersebut dengan cepat. Data yang beliau temukan pun beragam, mulai dari nama, hobby, suaminya, anaknya, tanggal lahir anaknya, kapan mereka menikah dan masih banyak lagi.

Mungkin sebagian orang bertanya, terus ngapain kalau tau semua itu? Kan gak penting. Eits kata siapa tidak penting. Saya sering dengan pasangan saya mempergunakan bahasa atau istilah yang hanya kita berdua yang paham. Saya lakukan itu agar orang lain tidak mengetahui apa yang saya bicarakan dengan pasangan saya. Ini disebut cryptography language. Ingat kan kenapa orang Malang selalu memakai kata yang dibaca dari belakang? Yah ini lah tujuannya. Kita semua tak mengerti buat apa sebuah data yang sudah di ketahui. Bisa aja kan password atau PIN bank anda adalah tanggal lahir anda? Atau pertanyaan rahasia untuk email anda adalah dimana anda lahir. Hehehehe

a black and white photo of a person standing in a tunnel

Saya pernah dengan sadar menyuruh temen baik saya untuk menghapuskan semua jejak saya di Internet, baik itu dari search engine, sosial media, forum diskusi sampai ke dark web sekalipun meski saya tau saya gak pernah ngasih data saya di Dark Web. Namun teman saya bisa melakukan hal tersebut dan alhasil saya menghilang dari internet sampai 6 tahun lebih. Tidak ada yang tau apakah saya ada, keadaan saya bagaimana. Satu-satunya jalan mengetahui saya ya dari orang disekitar saya, yang mungkin mereka mengunggah foto saya atau jejak chat saya, selain itu saya menghilang.

Namun sekarang masih banyak orang menganggap bahwa data digital atau sesuatu hal yang anda unggah ke Internet itu sama sekali gak penting. Saya masih sering ketika berangkat kerja saya menemukan foto anak kecil di bak belakang mobil truk , sebenarnya itu tak masalah sih tapi bagi saya, itu privasi. Bisa aja kan ada yang mengunggahnya di Internet untuk menjadi bahan bullying bagi anak tersebut. Atau saya sering menemukan orang-orang agak dungu yang ngirim foto kemaluannya (beserta wajahnya) ke cewek random di twitter, apa yang anda harapkan dari semua itu? Cewe tadi bergairah lihat kemaluan anda? Oh come on, yang ada mereka malah jijik.

Coba kita inget-inget kembali masalah data digital atau jejak digital seseorang di Internet. Anda pasti kenal Luna Maya, Cut Tari dan Ariel. Apa yang anda bayangkan tentang mereka? Jika anda menjawab Artis ya sudah mungkin anda lahir di tahun 2004 ke atas, tapi jika anda menjawab skandal, selamat berarti jejak digital mereka masih ada di ingatan kalian.

Pesan saya singkat sih, jaga data anda. Saya tidak tau ketika anda tidak menjaganya dengan baik apa yang akan orang lakukan dengan data anda, apalagi sekarang sedang musim AI, dimana hanya dengan foto normal anda, anda bisa diedit menjadi telanjang dengan sangat mudah.